Perjalanan 3 UMKM Batik di Inacraft 2025, Menjaga Warisan

Fashion14 Views

Perjalanan 3 UMKM Batik di Inacraft 2025, Menjaga Warisan Pameran Inacraft 2025 kembali menjadi sorotan besar dunia industri kreatif Indonesia. Ajang tahunan ini dikenal sebagai panggung megah bagi ribuan pelaku usaha kecil dan menengah untuk memperkenalkan produk budaya kepada publik internasional. Dari sekian banyak peserta, ada tiga UMKM batik yang mencuri perhatian pengunjung karena konsistensi mereka menjaga warisan budaya sambil beradaptasi dengan tren modern.

Batik, yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, kini tidak hanya tampil dalam bentuk kain tradisional. Melalui tangan-tangan kreatif para perajin UMKM, batik berkembang menjadi produk fashion kontemporer, aksesori, hingga dekorasi rumah. Namun yang menarik dari tiga UMKM ini bukan hanya produk mereka, melainkan perjalanan panjang, tantangan, dan inovasi yang mereka lakukan untuk tetap relevan.

UMKM Batik Tulis Laweyan, Solo

Kawasan Laweyan di Solo sudah lama dikenal sebagai pusat batik tradisional. Salah satu UMKM dari Laweyan yang ikut meramaikan Inacraft 2025 adalah Batik Tulis Laweyan, yang dikelola oleh keluarga pengrajin lintas generasi.

Produk andalannya adalah batik tulis motif klasik seperti parang, kawung, dan sidomukti yang dikerjakan dengan teknik tradisional. Namun, mereka juga menghadirkan koleksi batik kontemporer dengan sentuhan warna pastel dan desain yang lebih modern.

“Saya merasa kagum melihat bagaimana UMKM ini tetap setia dengan pakem batik tulis, tapi berani memadukan warna-warna yang digemari generasi muda.”

Strategi Bertahan di Era Modern

Untuk bersaing dengan produk massal, UMKM Batik Tulis Laweyan menerapkan strategi personalisasi. Konsumen bisa memesan motif sesuai permintaan, sehingga kain batik yang dibeli benar-benar unik dan eksklusif.

Mereka juga memanfaatkan media sosial sebagai etalase digital. Instagram dan TikTok menjadi saluran utama untuk menampilkan proses pembuatan batik, mulai dari nglowong hingga pewarnaan. Transparansi ini justru membuat konsumen lebih menghargai kerja keras perajin.

Sorotan di Inacraft 2025

Dalam ajang Inacraft tahun ini, Batik Tulis Laweyan menampilkan koleksi “Batik Rembulan” yang menggabungkan motif klasik dengan sentuhan gradasi modern. Koleksi ini berhasil menarik perhatian pengunjung mancanegara yang mencari kain premium untuk acara resmi.

UMKM Batik Sekar Arum, Yogyakarta

Dari Yogyakarta, UMKM Batik Sekar Arum menjadi salah satu peserta yang paling ramai dikunjungi. UMKM ini dikenal dengan batik cap dan kombinasi batik tulis yang harganya lebih terjangkau namun tetap berkualitas tinggi.

Sekar Arum fokus pada konsep sustainable fashion. Mereka menggunakan pewarna alami dari tumbuhan seperti indigo, mahoni, dan jelawe. Pendekatan ramah lingkungan ini sejalan dengan tren global yang menuntut produk fesyen berkelanjutan.

“Menurut saya, Sekar Arum berhasil menjawab keresahan generasi muda yang peduli lingkungan. Batik mereka bukan hanya indah, tapi juga ramah bumi.”

Tantangan dan Inovasi

Salah satu tantangan terbesar Sekar Arum adalah tingginya biaya produksi pewarna alami. Untuk mengatasinya, mereka berkolaborasi dengan petani lokal dalam menanam bahan baku pewarna. Model kemitraan ini bukan hanya menekan biaya, tetapi juga memberi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Selain itu, Sekar Arum juga menghadirkan produk ready to wear seperti kemeja batik kasual, dress, hingga outer batik modern. Produk ini diminati anak muda yang ingin tampil etnik tanpa terlihat terlalu formal.

Daya Tarik di Inacraft 2025

Koleksi terbaru mereka bertajuk “Alam Nusantara” menghadirkan palet warna earthy tone yang lembut. Pengunjung dari Eropa terlihat antusias dengan produk ini karena sesuai dengan tren mode global yang minimalis namun tetap artistik.

UMKM Batik Cempaka Putih, Pekalongan

Pekalongan tidak bisa dilepaskan dari identitas batik. Dari kota inilah lahir UMKM Batik Cempaka Putih, yang sudah berdiri sejak tahun 1980-an. Uniknya, mereka tetap mempertahankan ciri khas batik pesisir yang penuh warna cerah dan motif berani.

Batik Cempaka Putih terkenal dengan motif fauna dan flora, seperti burung merak, bunga teratai, dan ikan laut. Motif ini merepresentasikan kekayaan alam pesisir yang menjadi inspirasi utama mereka.

“Saya suka sekali dengan keberanian Cempaka Putih bermain warna. Batik mereka memancarkan semangat hidup yang ceria, berbeda dengan nuansa klasik batik keraton.”

Beradaptasi dengan Teknologi

Meski berakar kuat pada tradisi, Batik Cempaka Putih tidak ketinggalan memanfaatkan teknologi. Mereka meluncurkan aplikasi sederhana untuk memesan batik custom secara online. Konsumen bisa memilih motif, warna, hingga jenis kain yang diinginkan, lalu perajin akan mengerjakannya sesuai permintaan.

Inovasi ini membantu mereka bertahan di tengah persaingan ketat, sekaligus menjangkau pasar milenial yang terbiasa dengan layanan digital.

Pameran di Inacraft 2025

Dalam Inacraft kali ini, Batik Cempaka Putih mengusung tema “Samudra Nusantara”. Koleksi ini menampilkan batik pesisir dengan motif laut yang digarap penuh detail. Banyak pengunjung luar negeri yang terpikat dengan keindahan motif tersebut, bahkan beberapa koleksi langsung habis terjual pada hari pertama.

Dampak Inacraft 2025 terhadap UMKM Batik

Partisipasi dalam Inacraft tidak hanya sekadar pameran, tetapi juga peluang besar bagi UMKM untuk menjalin kerja sama bisnis. Banyak buyer internasional yang hadir khusus mencari produk unik dari Indonesia, termasuk batik.

Ketiga UMKM ini mendapatkan keuntungan nyata. Selain meningkatnya penjualan, mereka juga menjalin kontrak distribusi dengan beberapa butik di luar negeri. Inilah bukti bahwa batik Indonesia semakin mendapat tempat di pasar global.

“Menurut saya, Inacraft bukan sekadar pameran, tapi pintu gerbang UMKM untuk melangkah ke level internasional.”

Menjaga Warisan di Tengah Modernisasi

Ketiga UMKM ini menunjukkan bahwa menjaga warisan bukan berarti menolak perubahan. Batik bisa tetap eksis jika mampu mengikuti perkembangan zaman, baik dari segi desain, pemasaran, maupun teknologi produksi.

Perjalanan mereka di Inacraft 2025 menjadi contoh nyata bahwa warisan budaya bisa bersanding dengan modernitas tanpa kehilangan identitas. Dari Laweyan hingga Pekalongan, batik terus hidup melalui inovasi UMKM yang kreatif dan penuh semangat.

Harapan ke Depan

Dengan semakin banyaknya UMKM yang berpartisipasi dalam ajang internasional seperti Inacraft, harapan besar muncul bahwa batik akan semakin dikenal luas sebagai produk premium yang punya nilai seni tinggi.

Ketiga UMKM ini hanyalah sebagian kecil dari ribuan perajin batik yang ada di Indonesia. Namun kisah mereka di Inacraft 2025 sudah cukup menjadi inspirasi bahwa keberanian untuk berinovasi adalah kunci menjaga warisan agar tetap abadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *